TEMPILANG — Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Dikltasar) Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muhammadiyah (Kokam) Bangka resmi dibuka oleh Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Bangka Belitung Andika Saputra, Jumat (10/12/2021).
Pendidikan dan pelatihan ini diikuti oleh sebanyak 50 peserta se-Pulau Bangka yang dilaksanakan di Benteng Kota Desa Tempilang, Kabupaten Bangka Barat.
Panglima tinggi wilayah Kokam Bangka Belitung itu menyampaikan, Diklatsar Kokam merupakan proses kaderisasi untuk membentuk karakter anggota Kokam yang siap dan sigap dalam segala hal.
“Jadi ini merupakan bentuk kaderisasi yang kita siapkan secara intelektualnya maupun secara sikapnya demi memberikan kebermanfaatan kepada bangsa dan negara dan terkhusus kepada daerahnya,” imbuh Andika.
Andika berkata proses kaderisasi merupakan hal yang paling penting dalam sebuah organisasi, karena dalam proses itulah setiap kader ditempa dan dibina agar organisasi tetap hidup dan memiliki marwah.
Kokam yang secara struktur dibentuk oleh Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah, maka sudah sepatutnya kata Andika, Kokam untuk dibesarkan dan dikaderkan kepada anak-anak muda di Bangka Belitung.
“Disinilah karakter kita akan dibentuk. Oleh karena itu, fokus, pahami dan implementasikan apa saja yang didapat dalam kehidupan berorganisasi, berbangsa dan bernegara,” ujar Andika.
Andika juga mengucapkan terimaksih kepada Lega Lesmana, Didi Firmansyah dan rekan pengurus lainnya yang sudah memfasilitasi serta melaksanakan Dikltasar Kokam se Pulau Bangka di desa Tempilang.
Dikltasar Kokam ini sendiri akan berlangsung selama 3 hari kedepan dan akan diisi oleh pemateri yang kompeten dibidangnya dan dilatih khusus sikap kesamaptaan serta sikap bela negara oleh unsur TNI/Polri.
Benteng Kota Menjadi Sejarah
Rasa bangga dan bahagia tampak terlihat dari wajah Panglima Tinggi Wilayah Kokam Bangka Belitung, Andika Saputra.
Bahkan dua hingga tiga kali dia mengucapkan terimakasih kepada Mang Keman Juru Pelihara Situs Bersejarah Benteng Kota di Desa Tempilang Kabupaten Bangka Barat.
“Kami dari pimpinan wilayah provinsi tak menyangka kalau pembukaan Dikltasar Kokam ini akan berada di tempat paling bersejarah. Ini merupakan suatu kehormatan bagi kami. Terimkasih kepada Mang Keman atas dukungannnya kepada kami,” ucap Andika.
Senada dengan Andika, Mang Keman juga menjelaskan salah satu fungsi dari cagar budaya adalah memberikan kebermanfataan kepada masyarakat luas agar dapat mengakses situs sejarah.
“Jadi inilah bentuk kebermanfaatan untuk masyarakat. Maka kami izinkan, apalagi ini kehormatan bagi kami warga Tempilang sudah diberikan tempat Dikltasar Kokam se Pulau Bangka,” tuturnya.
Mang Keman berharap para pemuda agar berani tampil didepan dan menjadi regenerasi yang siap diandalkan.
“Termasuk menjaga kelestarian situs bersejarah ini. Para pemuda harus mengambil bagian itu juga,” harapnya.
Benteng Kota sendiri merupakan salah satu sejarah masa lalu. Dari beberapa informasi didapatkan, pada abad 17, Kapten Niko Selaku Pemimpin Portugis, mempunyai ide membuat Benteng Kota.
Desa Tempilang saat itu belum terbentuk masih dengan nama padang rangkas, disekitar daerah itu adalah perkebunan dan sungai.
Kemudian Desa yang pertama kali dibentuk namanya adalah Desa Tua, dan bangunan Benteng Kota dibuat dari perpaduan tanah kuning,kemuning telur dan pasir.
Panjang tembok benteng 120 meter dengan lebarnya 60 meter.
Bagian atasnya dibuat seperti mahligai dan dibuat 4 pintu sebab mengantisipasi datangnya perampok ke desa Padang Rangkas.
Menurut hikayat para perampok akan menyerobot Benteng Kota itu, mereka datang mengambil barang-barang seperti parang dan anak gadis di Desa itu.
Pada saat itu warga Padang Rangkas semuanya sembunyi didalam Benteng Kota itu, para perampok pun tidak bisa masuk kedalam benteng kota karena benteng kota itu sangat tinggi, ternyata dibelakang benteng kota itu ada pohon binjai.
Dari sinilah para perampok menembak membabi buta sehingga warga yang bersembunyi di dalam benteng meninggal dunia.
Warga desa lainnya yang tidak bersembunyi di dalam benteng, mencari pendekar panglima panji mak miak untuk menumpas para perampok.
Sesampainya mak miak di dalam benteng, membuat dirinya murka manakala melihat manusia yang tak berdosa berguguran. Mak miak sempat menampar benteng hingga meninggalkan cap 5 jarinya sebagai bentuk kemarahannya pada perampok.
Dan bangunan ini roboh pertama kalinya di tahun 1777 masehi.(ril/*)