PANGKALPINANG, AksaraNewsroom.ID – Para kandidat Pilwako Pangkalpinang kini mulai tebar pesona alias menampakkan wajahnya ke publik lewat baleho maupun reklame meski diketahui saat ini masa kampanye belum dimulai.
Baliho politik yang terpantau Aksara Newsroom, mulai masif bertebaran di sejumlah sudut dan ruas jalan di Pangkalpinang. Bahkan, ada beberapa diantaranya di pasang di pohon hingga tiang listrik.
Munculnya baleho politik kandidat ke ruang publik ini erat diindikasikan pasca masing-masing diantara mereka tercatat usai mendaftarkan dirinya ke sejumlah partai politik untuk maju di Pilkada 2024.
Menurut Akademisi Politik dari UBB, Ariandi, masifnya pemasangan baleho meski belum memasuki masa kampanye di ruang publik saat ini sebetulnya adanya upaya hegemoni atau menunjukkan dominasi hingga pengaruh dari seorang kandidat.
“Nah, saya melihat bahwa pertarungan baliho yang kemudian bertebaran di mana-mana di awal ini menunjukkan bahwa adanya upaya untuk menghegemoni kekuatan secara masif dari dari seorang kandidat,” ujarnya kepada Aksara Newsroom.
Ariandi tidak memungkiri, ada beberapa tahapan bagi bakal calon dalam kontestasi pemilu yang akan berlangsung pada kontestasi kepala daerah. Salah satunya sebagai ajang jelang perebutan mendapatkan rekomendasi parpol dan meningkatkan popularitas.
“Untuk memenuhi tahapan tersebut mau tidak mau bagi mereka yang tak cukup populer tentu akan terus meningkatkan popularitas. Upaya itu kemudian cukup mewarnai di mata-mata kita diisi dengan baleho,” kata dia.
Ia berkata setidaknya agar para politisi mampu memberikan atensi ataupun menjadi bahan perbincangan untuk mendapatkan sorotan, selain melakukan konsolidasi lintas partai hingga mendesain gimick yang diperlukan, maka upaya itu dilakukan oleh para kandidat.
“Dalam upaya mendapatkan rekomendasi ya bahasa yang bisa kita ambil ya tebar pesona gitu, atau ini adalah ajang dimana mereka menampakkan bahwa saya punya keinginan, saya punya maksud sehingga nanti partai politik bisa menjemput maksud tersebut,” katanya.
Hal tersebut tentunya juga harus sejalan dengan tahapan yang mereka akan kerjakan sebelumnya seperti mendaftarkan diri kepada partai politik, ujar Ariandi, melanjutkan.
Popularitas Saja Tidak Cukup
Meskipun demikian, Ariandi pun menyatakan meski menjamurnya baliho tidak bisa menjamin elektabilitas seorang kandidat. Akan tetapi dikatakan sah-sah saja sebagai upaya atau ajang untuk mendongkrak popularitas.
Ia menyebut lantaran sebelum kandidat itu dipilih, ada beberapa rumus atau aspek yang harus di lalui, yaitu popularitas, liketability, ecceptability dan yang terakhir elektability.
“Yang pertama populer artinya diketahui atau dikenal, kedua disukai atau tidak, yang ketiga diterima atau tidak dan keempat baru dipilih atau tidak,” kata dia.
Disisi lain, Ariandi menyoroti penempatan baleho maupun spanduk yang tidak tertib perlu menjadi perhatian atau bukan pada tempat yang semestinya seperti di batang pohon.
“Penempatan baliho yang saya kira juga perlu diawasi oleh penyelenggara pemilu, ” katanya. (hjk/dd).