PANGKALPINANG, AksaraNewsroom.ID – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bangka Belitung mencatat ada sembilan orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dilaporkan jatuh sakit karena kelelahan saat melaksanakan tugas di Pemilu 2024.
Mereka dilaporkan jatuh sakit saat proses pemungutan dan penghitungan suara yang dimulai pada 14 Februari kemarin.
Ketua KPU Bangka Belitung, Husin mengatakan kepada Aksara Newsroom, bahwa ada dua petugas KPPS yang diantaranya harus dirawat ke rumah sakit.
“Selama pungut hitung pada 14-15 terdapat 9 anggota KPPS yang jatuh sakit. Ada dua petugas yang dirawat di RS dan sedang pemulihan,” ujar Husin saat dikonfirmasi, Sabtu (17/2/2024).
Husin menuturkan, KPPS di Babel yang dilaporkan jatuh sakit tersebut pada umumnya diduga akibat kelelahan. Pihaknya, ia melanjutkan, telah menjenguk dan terus memantau petugas pemilu yang jatuh sakit.
“Sudah menjenguknya dan terus memantau perkembangan perawatan,” ujar Husin.
Sebaran petugas KPPS di Bangka Belitung yang dilaporkan jatuh sakit per tanggal 14-15 Januari 2024, yakni berasal dari Kabupaten Bangka sebanyak 2 orang, Bangka Barat berjumlah 4 orang dan masing-masing di Pangkalpinang dan Bangka Tengah sebanyak 1 orang.
Berdasarkan data KPU Babel, kata Husin, jumlah petugas KPPS se-Bangka Belitung ada sebanyak 28.812 orang. Adapun tercatat 4.116 jumlah keseluruhan TPS di Provinsi Bangka Belitung.
“Petugas KPPS se babel 4116 tps x 7 berjumlah 28.812 orang. Itu sebagai perbandingan,” ujar Ketua KPU Babel.
Kompleksitas Pemilu Serentak
Pengamat Politik dari Universitas Bangka Belitung, Ariandi Zulkarnain dalam laporan lainnya kepada Aksara Newsroom beberapa waktu lalu turut menyoroti kompleksitas pemilu serentak yang rentan berdampak ke banyak hal.
Salah satunya tahap perhitungan suara yang begitu panjang yang bahkan sampai malam hari dinilai sangat rawan menimbulkan masalah. Di sisi ini, Ariandi menyoroti kelelahan petugas dan minimnya pengawasan dikhawatirkan menjadi celah terjadinya pelanggaran.
Perhatian lainnya disoroti ialah para penyelenggara pemilu di lapangan. Diungkapkan dia, KPPS dan Panitia Pengawas Pemilu/Desa (PKD) menjadi ujung tombak kelancaran proses pemilu di lapangan. Menurut dia, petugas pemilu yang bekerja terlalu berat itu juga sangat berdampak ke dalam proses penyelenggaraan.
“Ini jangan sampai terulang. Juga adanya 894 petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia dan kemudian 5.175 yang mengalami sakit. Ini hasil kompleksitas Pemilu Serentak. Kita tidak ingin adanya korban jiwa yang berjatuhan dari para penyelenggara maupun peserta pemilu,” kata Ariandi.
Bahkan tak dapat dipisahkan, kata Ariandi, antusiasme masyarakat akan lebih tersita oleh kontestasi pemilihan presiden, sedangkan pemilihan legislatif tidak mendapatkan atensi atau nyaris terabaikan. Akibatnya, kata dia, proses yang perlu dikawal di tingkat lokal justru banyak yang terabaikan.
Penulis : Hendri J. Kusuma/dd
- Baca Juga: Bawaslu Babel Kaji Soal TPS Berpotensi PSU