BANGKA, AksaraNewsroom.ID – Keberadaan burung pergam di Pulau Bangka ternyata sudah tercatat sejak lama. Burung pergam digambarkan memiliki ukuran tubuh yang besar, warna bulu yang dominan abu-abu kebiruan serta paruh dan kaki berwarna merah.
Hal ini diungkapkan oleh Ahmad Elvian, seorang budayawan lokal, yang mengacu pada sebuah jurnal berjudul “Het Eiland Banka en Zijne, aangelegenheden” karya H.M. Lange yang diterbitkan pada tahun 1850.
Dalam jurnal tersebut, Lange mencatat adanya berbagai jenis burung di Bangka, termasuk pergam.
“Seseorang menemukan di Bangka banyak sekali burung, termasuk banyak, yang dibedakan dari bulunya yang indah. Dengan demikian ada berbagai macam burung beo, di mana burung beo atau peroquit adalah yang paling banyak. Selain itu, sekumpulan merpati liar dari berbagai jenis, di antaranya Pergam dibedakan dari ukurannya yang luar biasa,” tulis Lange.
Elvian menjelaskan bahwa penemuan ini membuktikan bahwa pergam telah menjadi bagian dari ekosistem Bangka sejak ratusan tahun lalu.
“Jurnal ini menunjukkan bahwa pergam bukan hanya sekadar burung biasa, tetapi memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Bangka,” ujarnya.
Deskripsi Lange mengenai pergam dalam jurnal tersebut cukup detail. Burung pergam digambarkan memiliki ukuran tubuh yang besar, warna bulu yang dominan abu-abu kebiruan serta paruh dan kaki berwarna merah.
Selain itu, Lange juga menyebutkan adanya varietas pergam yang seluruh tubuhnya berwarna putih dengan ekor dan bulu sayap berwarna hitam.
Temuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan burung pergam sebagai salah satu kekayaan alam Bangka yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.
Djurnal berjudul “Het Eiland Banka en Zijne, aangelegenheden” ini, Elvian menuturkan terjemahan dalam jurnal itu. “Terjemahannya kira kira: Seseorang menemukan di Banka banyak sekali burung, termasuk banyak, yang dibedakan dari bulunya yang indah. Dengan demikian ada berbagai macam burung beo, di mana burung beo atau peroquit adalah yang paling banyak”.
“Selain itu, sekumpulan merpati liar dari berbagai jenis, di antaranya Pergam dibedakan dari ukurannya yang luar biasa. Dia biasanya biru berwarna keabu-abuan, dengan paruh dan kaki merah; Namun, ada juga yang benar-benar putih, dengan ekor hitam dan bulu terbang di sayap: yang terakhir agak kurang besar dan tidak banyak (Lange.1850;40)”.
Elvian juga menuliskan jurnal berbahasa Belanda, yang dituliskan dalam jurnal karya karya H.M. Lange yang diterbitkan pada tahun 1850, yakni: Men vindt op Banka eene ontelbare menigte vogelen, waaronder vele , die door hun prachtig gevederte uitmunten.
Zoo heeft men er eene groote verscheidenheid van papegaaijen ,waarvan de perkiet of peroquit het menigvuldigste voorkomt. Voorts eene menigte wilde duiven van verschillende soorten , waaronder de pergam door hare buitengemeene grootte uitinunt.
“Zij is meestal blaauw achtig grijs van kleur, met rooden snavel en pooten; men heeft er echter ook die geheel wit zijn , met zwarten start en slagpennen aan de vlerken : deze laatste zijn iets minder groot en ook niet zoo menigvuldig (Lange.1850;40)
(*)