PANGKALPINANG, AksaraNewsroom.ID —
Titik terang dugaan penelantaran pasien oleh Rumah Sakit Siloam Bangka masih belum terjawab. Belakangan, BPJS Kesehatan Pangkalpinang menemukan adanya pelanggaran terkait iuran pembayaran tidak sah terhadap pasien yang kini telah meninggal dunia tersebut.
Kasus dugaan penelantaran pasien ini mencuat ke publik pasca pihak keluarga mengunggah video kekecewaan mereka atas pelayanan RS Siloam Bangka ke media sosial dan seketika viral pada pekan lalu.
Hal ini pun turut menjadi perhatian Wakil Ketua III DPRD Provinsi Bangka Belitung, Edi Nasapta. Menyikapi informasi ini, Edi mengaku menaruh perhatiannya serta turut prihatin. Bahkan, ia sangat menyesalkan soal dugaan adanya penelantaran terhadap pasien.
Politisi Partai Nasdem ini menyatakan mendukung dilakukan investigasi lebih lanjut agar dugaan kasus tersebut bisa terungkap.
“Yang jelas pasien itu tidak boleh ditelantarkan, baik BPJS maupun tidak ya,” katanya saat ditemui Aksara Newsroom, Rabu (19/2/2025), seraya menyatakan dukungan lebih lanjut kepada pihak BPJS Kesehatan melibatkan dinas terkait, hingga meminta pihak manajemen RS Siloam Bangka menindaklanjutinya temuan awal pihak terkait.
- Baca Juga: Kisruh Dugaan Penelantaran Pasien di RS Siloam, Wakil Ketua DPRD Babel Dukung Dilakukannya Investigasi
- Baca Juga: Mencuat Aroma Dugaan Konflik Kepentingan di RSUD Depati Hamzah, Terkuak Ikut Campur Kolegium hingga Soal 17 Miliar
Namun sayangnya, RS Siloam melalui Business Development Head Siloam Bangka, Yohan Gusanto masih bungkam dikonfirmasi atau ditanya soal tindak lanjut mereka maupun temuan pelanggaran oleh pihak BPJS Kesehatan Cabang Pangkalpinang, tak terkecuali sikap mereka atas pernyataan Wakil Ketua III DPRD Babel, yang mendorong pihak manajemen menindaklanjuti temuan awal pihak BPJS.
Upaya serupa sebelumnya sudah dilakukan Aksara Newsroom. Namun, Yohan tak kunjung meresponnya. Sebelumnya pasca awal-awal viral unggahan pasien ke media sosial, Yohan sempat menjawab bahwa pihaknya sedang melakukan penulusuran, tepatnya disampaikan pada 13 Februari 2025 lalu.
Sebelumnya kepada Aksara Newsroom,
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Pangkalpinang, Aswalmi Gusmita menyebutkan bahwa kebutuhan darah seharusnya tidak ada batasan maupun biaya atas keperluan pasien ikut serta jaminan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah tersebut.
Namun sayangnya, RS Siloam Bangka ternyata tidak memberlakukan demikian.
“Pasien harusnya tidak dikenakan biaya seperti pasien butuh 4 kantong darah, 1 kantong dibayar oleh pasien dengan narasi yang ditanggung BPJS Kesehatan hanya 3 kantong, sementara dari ketentuan tidak ada pembatasan begitu,” kata dia, Minggu (16/2).
“Kemudian pasien disampaikan naik kelas atas keinginan sendiri, padahal pasien terpaksa naik kelas karena hak kelas rawatnya penuh. Ketentuan jika hak kelas rawat penuh, maka dititip satu kelas diatas selama maksimal tiga hari setelah itu dikembalikan ke hak kelas rawat jika telah tersedia,” ungkap dia.
- Baca Juga: Duka dan Misteri Pasca Meninggalnya Pasien di RS Siloam Bangka, Menanti Hasil Investigasi BPJS Kesehatan
- Baca Juga: Kenakan Biaya Ini Terhadap Pasien Diduga Ditelantarkan, RS Siloam Bangka Kembali Mengulang Kesalahan Serupa?
Dia mengatakan hanya saja untuk dugaan pelanggaran yang menyebabkan kehilangan nyawa berupa penelantaran pasien, BPJS Kesehatan Pangkalpinang menyatakan memerlukan investigasi lebih mendalam.
“Serta melibatkan pihak-pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas,” ujar Aswalmi.
Aswalmi memastikan pihaknya akan memberikan sanksi terhadap RS Siloam Bangka. Hal serupa ternyata telah terjadi sebelumnya dan teguran diberikan kepada pihak rumah sakit tersebut.
“Ini akan menjadi surat teguran ke dua dalam kurun 6 bulan bulan terakhir, karena sebelumnya terdapat surat teguran untuk kriteria pelanggaran yang sama atau iura biaya. Sanksi administrasi berupa surat teguran atas pelanggaran yang telah final dari sisi evidence dalam hal ini iuran biaya yang tidak sah atau tidak sesuai ketentuan,” ujarnya.
Disamping itu, BPJS Kesehatan Cabang juga akan melibatkan tim kendali mutu dan kendali biaya BPjS Kesehatan yang telah
memiliki keahlian dalam melakukan evaluasi atas mutu layanan faskes karena merupakan perwakilan dari organisasi profesi.
“Berapa lama investigasi ini akan kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan belum dapat dipastikan, namun progress akan dilakukan adalah minggu depan akan dilakukan pembahasan dengan tim JKN kabupaten dan kota serta Tim KMKB terkait terkait langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk memulai investigasi,” ujarnya.
Keluhan dan Kekecewaan Keluarga Pasien Berakhir Viral
Pelayanan Rumah Sakit (RS) Siloam Hospital di Provinsi Bangka Belitung akhir-akhir ini menuai sorotan pasca diterpa kasus dugaan penelantaran terhadap seorang pasien yang akhirnya meninggal dunia.
Tangis haru serta luapan kekecewaan sebelumnya tampak menyelimuti kepergian seorang pasien yang akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di RS Siloam Bangka.
Dalam video yang beredar di media sosial, TikTok, yang diunggah oleh akun @tiniani78, terlihat keluarga pasien tampak marah lantaran menganggap pelayanan rumah sakit tidak maksimal hingga diduga menelantarkan keluarganya, hingga pasien meninggal dunia pada Senin (10/2/2025)
Dalam salah satu rekaman vidio yang sebelumnya viral dan kini beredar di media sosial, keluarga korban menganggap pihak rumah sakit diduga telah menelantarkan pasien.
Luapan kemarahan lainnya yang diungkap, yakni padahal keberadaan dan kondisi korban sejak lama kritis hingga perlu tindakan medis.
“Mama saya sudah enggak ada. Yang bilang ruang ICU penuh siapa!,” ungkap seseorang perempuan dalam video yang diunggah akun Tiktok @tinaani78, dikutip Aksara Newsroom.
- Baca Juga: Awalnya Klaim Suaminya Dikontrak Tak Dibayar di RSUD Depati Hamzah, Ternyata 20 Juta Perbulan
Kekecewaan keluarga korban tampak kian pecah ketika mendapatkan kabar berbeda lantaran dari pihak rumah sakit sebelumnya menyatakan bahwa ruangan ICU telah penuh, namun kenyataan diketahui kosong.
Terkuaknya ruang yang dimaksud itu kosong setelah didapati informasi oleh tetangganya anak korban yang juga sempat dirawat di ICU Siloam Bangka.
“Padahal ruang ICU itu kosong tadi pagi,” timpal keluarga pasien yang lainnya.
“Pasien ICU itu keluar tadi malam dirawat di lantai (6-red) 7, itu ada tetangga kita dirawat di ICU, dia bilang dari semalam itu kosong. Mama saya kritis dari tadi malam dibiarin di belakang, dibilang ruang ICU penuh,” ungkapnya, menceritakan usai bertemu tetangganya.
Terdengar pula suara samar-samar diduga dari pihak RS Siloam soal saran untuk dirujuk ke rumah sakit lain. Mendengar respon itu, keluarga pasien tampak langsung menyahutnya. “Gak ada konfirmasi, percuma. Saya tuntut ini,” cetusnya.
“Dari malam sudah kritis mama saya. Katanya harus masuk ICU, katanya ruang ICU di rumah sakit ini penuh, harus dioper di rumah sakit lain, mama saya enggak ada tindak lanjut. Ternyata ruang ICU di rumah sakit ini kosong,” ungkapnya.
“Gak ada alasan. Ini pasien sudah darurat, bukan pasien main-main. Mama saya itu kritis, enggak bisa nafas itu dari tadi malam, dari pagi nafasnya juga sudah susah tapi tidak ada tindak lanjut juga. Pada diam disini, dipanggil juga diam. Darurat dipanggil darurat dokter enggak ada-ada. Kalian ini gimana kerjanya. Ini pasien sudah darurat kalian masih santai saja,” kata dia.
Sementara itu di akhir-akhir video, keluarga pasien terdengar menyatakan akan mencari keadilan dan menuntut pihak RS Siloam Bangka.
Penulis : Hendri J. Kusuma/dd