PANGKALPINANG, AksaraNewsroom.ID – Belakangan ramai menyoroti dugaan konflik kepentingan yang terjadi di tubuh management RSUD Depati Hamzah Kota Pangkalpinang. Kisruh ini tentunya terfokus pada nama dokter Della Rianadita dengan dokter Kuncoro Bayu Aji, yang tak lain diketahui merupakan pasangan suami istri.
Ikhwal masalah ini ditenggarai atas persoalan fellowship atau ‘jatah’ pelatihan kardiologi intervensi ke Jiangsu Province Hospital di Cina. Masalahnya, nama dokter Esa Fredigusta yang awalnya akan mendapatkan jatah fellowship itu akhirnya diganti oleh dokter Bayu.
Keduanya merupakan dokter spesialis jantung. Bedanya, dr Esa merupakan dokter tetap, namun dr Bayu Kuncoro adalah dokter mitra di RSUD Depati Hamzah.
Seperti dikutip dari Aksara Newsroom, belakangan digantinya nama dokter Esa ini diklaim oleh Plt Dinkes Pangkalpinang Tri Wahyuni, tak lain pergantian nama dokter tetap itu lantaran telah mengundurkan diri. Jawaban itu didapat lewat grup WhatsApp tanpa surat pernyataan resmi.
Hal ini tak ayal menjadi perhatian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pangkalpinang. Puncaknya, 31 Desember 2024, gabungan komisi di DPRD Pangkalpinang akhirnya kembali menggelar rapat dengar pendapat.
Namun tudingan nepotisme ini dibantah oleh dokter Della, selaku Direktur RSUD Depati Hamzah. Sebaliknya ia menjelaskan, duduk persoalan yang terjadi soal pergantian program fellowship dokter Esa ke Bayu ke Cina.
Begitu pula dijelaskannya kaitan masalah pengadaan catlab dilakukan tanpa user atau usulan dokter spesialis.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, dokter Tri Wahyuni menyatakan, salah satu alasan pergantian ini sangat diperlukan karena ketersediaan waktu hingga untuk memperoleh anggaran Rp 17 miliar diperuntukkan untuk catlab setelah lawatan ke Cina.
“Nilai ini adalah nilai dari alat tersebut. Jadi dana ini tidak dipegang lagi oleh rumah sakit, tapi dipegang langsung oleh kementerian,” kata dokter Della saat dikonfirmasi Aksara Newsroom, Kamis (2/1).
Direktur RSUD Depati Hamzah ini pun tak menampik pengadaan alat catlab yang dianggarkan sekitar Rp 17 miliar tersebut awalnya adalah diajukan untuk neuro intervensi atau sistem saraf. Hanya saja, catlab itu malah yang didatangkan adalah kardio intervensi.
Sedangkan soal pengadaan catlab tanpa user atau usulan dokter spesialis, ia mengaku, edaran KJSU 2023 bahwa tidak perlu atau mengharuskan permintaan user.
Sementara, disinggung apakah suaminya itu dikontrak tanpa mendapatkan insentif, ia mengkalim tidak menerima gaji maupun insentif.
“Enggak ada orang yang dipinjam namanya tanpa dibayar lo. Ada juga dokter cadangan bersedia lainnya Karina. Tidak ada (gaji-insentif). Bagaimana dia mau menerima insentif, sedangkan dasar kontraknya saja (gaji) tidak ada. Itu juga sudah dikupas BPK,” ujarnya.
“Jadi alat ini sebenarnya tidak diadakan untuk jantung, pengadaannya melalui neuro intervensi, jantung hanya pengembangan agar alat ini tidak hanya dikuasai oleh satu saja dan tidak hanya dimanfaatkan hanya untuk struk, tetapi dilebarkan sayapnya untuk bisa dipakai untuk kardio atau jantung. Memang pengajuannya neuro,” katanya, seraya mengulang penjelasan dari Kemenkes soal DAK 2023.
Della menjelaskan persiapan program tersebut diawali perencanaannya pada 2022, diantaranya soal kesiapan ruangan, dokter dan lain-lain. Pada 2023, proses pengadaan catlab, pelatihan peralatan dasar dan lain-lain atas persyaratan Kementerian Kesehatan.
Dijelaskannya, anggaran Rp 17 miliar tersebut tidak diberikan secara cuma-cuma. Namun, lanjut dia, ada beberapa persyaratan yang memang harus dipenuhi.
“Tolong dokter siapkan dokter saraf dan minimal dokter jantungnya yang mau berpartisipasi dalam kegiatan ini. Saya bilang, siap pak Menkes akhirnya jebol (pengadaan-red),” ujar Della, menirukan permintaan persyaratan program dari Menkes.
Della menjelaskan, Esa lalu diusulkan kepada Kepala Instalasi Diklat Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Sebelumnya, nama dokter Esa telah diusulkan pada 2023.
“Saya sudah menyurati yang bersangkutan (dokter Esa ke Hananto), saya minta tanggal 7 September 2022, mengajukan beliau untuk sekolah. Ini dokumen ke Kemenkes. Tembusannya jelas surat kesedian melanjutkan pendidikan,” ujar dia.
Berlanjut pada persyaratan yang diminta oleh Kemenekes, lanjut Dela, yang salah satunya adalah minimal dua dokter jantung. Namun kenyataan dokter jantung hanya ada satu di RSUD Depati Hamzah. Di sisi lain, dokumen usulan DAK harus segera dikumpulkan alias mendekati deadline.
Usai menyampaikan kesiapan ruangan dan berkas lainnya, lanjut dia, namun persoalan alias kenyataan dokter jantung hanya ada satu orang di RSUD Depati Hamzah.
“Siapa dokter yang bisa saya minta backup, karena kan cuma satu, dan pernyataan kesediaan juga ikut menjadi dokter jantung cadangan apabila yang bersangkutan sekolah,” ujarnya.
Adapun pada tahun 2022, klaim dokter Della, dokter Riska belum ada lantaran masih sekolah di Fakultas Kesehatan UI.
“Saya sebagai orang yang ingin memajukan rumah sakit ini, saya sampaikan minta tolong ke suami sendiri, tolong bantu kapan lagi pemerintah memberikan kepada daerah. Ini syaratnya harus ada dua dokter jantung,” katanya.
Dela mengaku, suaminya itupun mengiyakan untuk membantunya backup dokter cadangan tersebut atau dilibatkan pada 8 Agustus 2022. Setelah itu dilakukan kontrak untuk dokter mitra di RSUD Depati Hamzah yang disebut tanpa digaji seraya menunggu dokter Esa disetujui diajukan atau clear studi di Indonesia.
Selain itu, Dela kembali mengaku tidak menerima insentif maupun gaji.
Adapun pada Desember 2023, kata dia, dokter Bayu akhirnya dimintanya berpraktek di RSUD agar sesuai dengan persyaratan atau dua dokter spesialis jantung yang diminta oleh Kemenkes.
Pada 11 Juli 2024, kolegium jantung memberi kabar bahwa dokter Esa bisa berangkat sekolah ke Cina. Klaim Della, selanjutnya hingga September 2024 bahwa yang bersangkutan tidak kunjung ada jawaban ketersediaannya.
Setelah itu, Della menyebut informasi fellowship itu disampaikan ke grup WhatsApp internal RSUD Depati Hamzah.
“Dia jawab itu baru usulan calon. Sudah beberapa bulan yang lalu, dan saya sudah mengundurkan diri. Terimakasih,” kata Della, menirukan pesan dari dokter Esa.
Ia kembali melanjutkan, 15 Oktober 2024, Management RSUD DH mencoba mengirim surat pergantian ke dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yakni dr Kuncoro Bayu Aji. Adapun 3 Desember 2024, RSUD DH menerima LOA dokter Bayu untuk mengikuti program Fellowship Kardiologi di Jiangsu Province Hospital di Cina.
Sementara itu, dokter Esa saat ini masih diupayakan untuk dikonfirmasi perihal pernyataan dari Plt Dinkes Pangkalpinang maupun Direktur RSUD Depati Hamzah. Adapun terkait alasan pasti dirinya mengundurkan diri dalam program tersebut.
Penulis : Hendri J. Kusuma/Dede