Aksaranewsroom.id – Yudi Amsoni namanya. Pria perawakan kurus berkulit sawo matang itu harus menerima kenyataan pahit setelah saban hari menjaga kelestarian lingkungan di Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Perjuangannya menjaga lingkungan di Bumi Laskar Pelangi akhirnya berujung persekusi.
Ratusan penambang mendatangi kediaman Yudi Amsoni sesaat dirinya sedang beristirahat, Kamis (6/1/2022). Pria berusia 44 tahun itu tak kenal lelah menjaga lingkungan Beltim dari aktivitas penambangan liar.
Keseriusan Yudi dan kawan-kawan pegiat lingkungan lainnya dalam menjaga lingkungan di Beltim, tak ayal membuat pria tersebut didapuk sebagai pahlawan Fordas. Giat penanaman dan pelestarian pohon mangrove gencar dilakukan.
Selain giat menjaga kelestarian lingkungan di Beltim, Yudi juga merupakan seorang nelayan.
Unggahan Yudi di media sosial Facebook miliknya bernama Cinta Belitung, itu terpantau kerap menyuarakan terkait pengerusakan lingkungan oleh tambang-tambang liar.
Namun ironis, Yudi harus menerima kenyataan lain, melainkan hal yang tak sepatutnya didapatkan, dimana niatnya menjaga kelestarian lingkungan itu direspon dengan persekusi oleh ratusan massa penambang.
Dalam vidio yang kini beredar luas tersebut, Yudi saat itu terlihat diminta untuk menghapus postingannya soal aktivitas tambang yang disuarakannya di media sosial Facebook bernama Cinta Belitong.
Usai mendapatkan desakan, Yudi pun mengiyakan untuk meminta maaf di tengah-tengah kerumunan tersebut, ia sekaligus terlihat diminta untuk membuat surat pernyataan.
Adapun surat pernyataan yang ditandatanganinya saat itu diminta untuk tidak menggangu atau berkomentar soal aktivitas tambang dan terdengar akan bersedia meninggalkan daerah tersebut.
Baca juga : Ironis, Pegiat Lingkungan di Beltim Digeruduk Sekelompok Massa Penambang
Saat dikonfirmasi mengenai kondisinya, Yudi menyampaikan dirinya baik-baik saja. Namun tak menyebut dimana keberadaannya.
“Kondisi baik-baik. Tetap semangat menyuarakan penyelamatan lingkungan,” ujarnya saat dikonfirmasi Aksara Newsroom, Jumat (7/1/2022).
Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bangka Belitung menanggapi atas perlakuan massa penambang terhadap Yudi Ansoni. Ketua WALHI Babel, Jessix Amundian sangat menyayangkan hal itu terjadi terhadap mereka yang berupa melakukan pelestarian dan penyelamatan lingkungan di suatu daerah.
“Kami meminta negara melindungi setiap warga negara yang melakukan upaya pelestarian dan penyelamatan lingkungan hidup dari intimidasi yang berpotensi mengancam keselamatan jiwa dan ruang hidupnya,” kata Jessix, saat dihubungi.
Jessix menyatakan pada prinsipnya bahwa setiap warga negara berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Upaya pelestarian hingga penyelamatan lingkungan terhadap ekosistem yang ada adalah bagian dari upaya mitigasi dan adaptasi bencana hingga menjaga ruang hidup.
“Setiap upaya melestarikan, menyelamatkan lingkungan seperti ekosistem terumbu karang, mangrove, rawa-gambut, daerah aliran sungai, hutan dan bukit yang ada di kepulauan bangka belitung merupakan bagian dari upaya mitigasi dan adaptasi bencana, menjaga ruang hidup, serta bagian dari upaya menjaga kedaulatan bangsa dan negara,” ujarnya.
Atas persoalan yang menimpa pegiat lingkungan di Beltim tersebut, Walhi Babel mendesak, negara harus memperkuat penegakan hukum sebagai amanah konstitusi terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, upaya konservasi dan mitigasi kebencanaan.
“Apalagi jika ditemukan dan diduga, kawasan tersebut tidak diperuntukkan untuk kegiatan ilegal dan bertentangan dengan peruntukkannya dengan rencana tata ruang wilayah,” ungkapnya.
Menurut Jessix, fenomena sosial seperti hal tersebut jangan sampai terulang kembali dan harus mendapatkan perhatian serius dari pemangku kebijakan. Tak hanya itu, lanjutnya, harus ada solusi ekonomi alternatif yang adil dan berkelanjutan dengan tidak merusak bagian dari bentang alam yang merupakan benteng ekologi untuk keselamatan kita dan keberagaman hayati.
Ia mencontohkan seperti pertanian, ekowisata dan perikanan tangkap yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan hak kelola diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat kampung setempat seperti melalui koperasi masyarakat.
“Kami berharap masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung harus menjaga dan melestarikan nilai-nilai leluhur yang arif dan bijak dalam memperlakukan alam dan lingkungan agar terhindar dari bencana seperti banjir, kekeringan, angin puting beliung, tanah longsor, serta ancaman terhadap kesehatan,” kata Jessix.
“Terganggunya kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan dan naiknya permukaan air laut sebagai dampak dari krisis iklim, bukan tidak mungkin kepulauan babel terancam tenggelam dimasa mendatang,” ungkap Jessix.
Penulis : Hendri Kusuma/Dede