PANGKALPINANG, www.aksaranewsroom.id –
Aplikasi pendataan pelaku ekonomi kreatif kini resmi diluncurkan dan diperkenalkan secara luas oleh Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang, Rabu (28/9/2022). Inovasi ini diluncurkan guna menjangkau industri kreatif dan sumber daya pariwisata di Kota Pangkalpinang.
Menariknya, inovasi ini juga diklaim merupakan aplikasi pendataan komunitas dan pelaku ekonomi kreatif yang pertama diluncurkan di Provinsi Bangka Belitung.
Aplikasi ini dapat menjadikan akses pelayanan lebih mudah, merata dan berkualitas bagi pelaku usaha ekonomi kreatif di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung untuk menuju satu data Indonesia.
“Sebagai upaya efektif dan efisien untuk menghimpun data dan informasi usaha pelaku ekraf dan SDM pariwisata secara aktif dan valid,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang, Muhammad Yasin, Rabu (28/9/2022).
Baca juga: Ciptakan Peluang Bagi Pelaku Ekonomi Kreatif, Ini Kata Wali Kota Pangkalpinang
Yasin menyatakan dengan penguatan database lokal menuju satu data Indonesia, maka diharapkan menjadikan kontribusi nyata yang dapat diukur terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Artinya saat ini memang dijalankan pemanfaatan teknologi digital. Saat kita memuat dalam satu aplikasi dan bisa digunakan dengan mudah oleh para pelaku untuk didaftarkan di situ,” imbuhnya.
“Kementerian dalam hal ini bisa melihat langsung berapa data pelaku ekraf yang sudah terverifikasi di Pangkalpinang khususnya Bangka Belitung,” lanjut Yasin, sambil menyebut diperlukan dukungan pemerintah pusat.
Baca juga: Dongkrak Sektor Wisata di Pangkalpinang, Dinas Pariwisata Percantik Kawasan Pantai Pasir Padi
Berdasarkan data yang ada di Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang, Yasin menyebut sejauh ini dari data manual yang diperoleh bahwa jumlah pelaku ekonomi kreatifnya saat ini berjumlah 1.225 di Pangkalpinang.
Adapun subsektor yang paling besar atau mendominasi di Kota Pangkalpinang adalah kuliner. Sektor ekraf sendiri ada berjumlah 17 subsektor.
“Ekraf yang paling mendominasi atau paling besar yaitu subsektor kuliner. Fashion juga sudah mulai menggeliat. Subsektor fashion yang akan menjadi ciri khas dari Bangka Belitung adalah kain Cual. Ini akan kita tingkatkan lagi kedepannya,” kata dia.
“Ada 315 sumber daya manusia pariwisata dan 22 komunitas ekraf. Artinya biasanya satu komunitas itu terdiri rata-rata 30 pelaku ekraf,” kata Yasin, disampingi Kabid Kabid Ekonomi Kreatif, Susierawati.
“Ini yang akan kita kedepankan, ekonomi kreatif itu bisa menunjang sektor pariwisatanya atau sektor pariwisata bisa memayungi ekraf itu sendiri,” katanya.
Upaya menciptakan peluang bagi industri kreatif di Kota Beribu Senyuman ini, Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang pun berkomitmen mengenalkan produk atau karya pelaku ekraf melalui promosi digital juga akan terus di kembangkan agar dapat dikenal lebih luas.
Selain itu, Dispar Kota Pangkalpinang tidak hanya akan memfasilitasi berupa pembiayaan, bahkan tidak menutup kemungkinan produk atau karya yang sudah memenuhi standarnya juga akan didorong untuk didaftarkan ke HAKI.
Yasin menyatakan pihaknya pun akan memfasilitasi pelaku ekraf seperti pada kegiatan dan program pemberian sertifikasi. Sehingga mereka sudah memiliki legalitas.
“Seperti komunitas ekraf yang kita saksikan itu kedepannya maka para pelaku ekonomi kreatif itu minimal dapat meningkatkan kesejahteraan dia secara personal,” imbuhnya.
Yasin berkata, Dispar Pangkalpinang juga sudah mendapatkan mandat dari Wali Kota Molen, dimana untuk dapat memfasilitasi komunitas dan pelaku ekraf.
Adapun melalui komunikasi secara langsung yang digelar pada 28 September 2022, aspirasi dan hambatan dari komunitas dan pelaku ekraf akan menjadi catatan dan formulasi pihak dispar.
Di sisi lain, untuk peningkatan pelaku ekonomi kreatif, Yasin berharap pemerintah pusat dapat memfasilitasi atau dukungan terhadap komunitas dan pelaku ekonomi kreatif. Dukungan itupun juga sangat dibutuhkan Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang sendiri. (hjk/dd)