PANGKALPINANG, AksaraNewsroom.ID – PT Timah Tbk merespon kekecewaan masyarakat atas sikap mitra tambang PT Timah yang diduga abai terhadap kewajibannya untuk beroperasi di IUP Desa Tanah Merah, Kabupaten Bangka Tengah. Penyampaian luapan kekecewaan itu akhirnya berakhirnya ricuh, Jumat (7/3/2025) malam.
Disampaikan melalui Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah, Anggi Siahaan menegaskan, PT Timah Tbk menyesalkan kejadian itu sampai terjadi dan berjanji akan menindaklanjutinya.
Tak main-main, PT Timah bahkan akan menghentikan sementara waktu operasi produksi di wilayah tersebut.
“Terimakasih atas infonya yang disampaikan Aksara. Menyikapi peristiwa ini, perusahaan (PT Timah) sungguh menyesalkan kejadian yang terjadi, mengingat perusahaan sejak awal selalu berupaya menjaga hubungan yang baik khususnya terhadap masyarakat,” kata Anggi, Jumat (7/3).
PT Timah, sebut Anggi, berjanji akan menindaklanjuti kejadian ini dengan tegas.
“Untuk itu pelaksanaan operasi produksi kemitraan akan dilakukan pemberhentian sementara sampai dengan persoalan ini dapat diselesaikan dengan baik,” katanya.
- Baca Juga: Ricuh! Pertanyakan Kewajiban Mitra PT Timah, Warga Mengaku Berujung Pemukulan dan Intimidasi
Sejumlah masyarakat sebelumnya menggeruduk rumah Kepala Desa Tanah Merah, Kamis (6/3/2024) malam. Kedatangan warga setempat mempertanyakan kewajiban pihak mitra PT Timah Tbk, yang kini melakukan penambangan di wilayah mereka.
Warga disebut merasa kecewa keberatan dengan sikap yang dilakukan oleh salah satu Mitra PT Timah yaitu CV Alam Memberi Rejeki (AMR), yang dianggap abai.
Pasalnya, warga menilai tidak adanya solusi atas kewajiban yang harusnya diberikan hingga abai dalam proses penambangan di Desa Tanah Merah.
Namun sayangnya, aksi protes warga tersebut diduga berakhir intimidasi berupa ancaman bahkan penganiayaan oleh kelompok orang disinyalir pro tambang dan kepala desa setempat.
“Benar. Itu CV AMR atau Alam Memberi Rezki, tetapi tidak sesuai namanya,” ujar salah seorang warga Dusun Tanah Merah dan selaku korban pemukulan kepada Aksara Newsroom, NR, yang sengaja disamarkan identitasnya untuk keselamatannya, Jumat pagi (7/3).
“Dari pihak CV tidak mau menanggapi, tidak bisa ngasih (solusi), rembuk dengan warga. Dia (perusahaan) bersikeras ngotot langsung turun kerja, enggak ada kompensasi uang awal. Dia maunya setelah kerja baru bayar fee nya saja,” ungkapnya.
Aksara Newsroom turut mempertanyakan sebuah dokumen yang memperlihatkan keadaan yang tampak bersitegang atau saling dorong hingga tampak pemukulan antar warga di sebuah lokasi.
Tampak pula terdengar teriakan masyarakat atau ibu-ibu untuk meminta kepala desa setempat untuk bisa menemui mereka. “Mana kades, jangan jadi pengecut. Jangan anarkis,” teriak warga.
“Yang itu mau melakukan kekerasan lah dengan ku, celana sempat ditarik, tapi keburu dipisahkan dengan warga, dia juga ngancam,” ujar NR.
“Banyak warga yang hadir, dan yang pro juga sama Pak Kades,” kata dia, membenarkan kejadian itu terjadi di kediaman Kades Tanah Merah.
Warga berharap agar ada jaminan keamanan dari Kepolisian dan pihak terkait termasuk dari PT Timah selaku pemegang IUP sehingga kejadian ini tidak terulang kembali serta melakukan proses hukum kepada pelaku agar ada efek jera.
“Sudah dilaporkan,” katanya, seraya mengeluhkan sakit kepalanya.
Disesalkan warga, padahal masyarakat tanah merah hanya meminta haknya agar aktivitas penambangan yang dilakukan di wilayah perairan tanah merah membawa dampak peningkatan ekonomi masyarakat bukan hanya menerima dampak.
Berdasarkan informasi diterima Aksara Newsroom, warga dikabarkan menuntut PT Timah agar melakukan evaluasi terhadap CV Alam Memberi Rejeki sebagai Mitranya.
Selain itu, warga berharap agar ada jaminan keamanan dari Kepolisian dan pihak terkait termasuk dari PT Timah selaku pemegang IUP, sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali serta melakukan proses hukum kepada pelaku agar ada efek jera.
Penulis : Hendri J. Kusuma/dd