PANGKALPINANG, www.aksaranewsroom.id – Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung melakukan rapat koordinasi antara pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, perusahaan kelapa sawit dan perkebunan terkait merosotnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit secara virtual, via Zoom Meeting, Sabtu (24/6/22).
Rapat ini secara keseluruhan membahas tiga hal yakni, pertama seberapa buruk masalah yang terjadi anjloknya harga kelapa sawit, kedua langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi hal tersebut agar petani tidak panik, dan ketiga adalah usulan apa saja yang akan disampaikan ke pemerintah pusat.
Pj. Gubernur Ridwan mengetahui hal ini pertama kali dari Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman, kemudian diikuti dengan kepala daerah kabupaten lainnya.
“Saya mendapatkan informasi dan masukan, bahwa ada masalah di kita. Permasalahan harga kelapa sawit ini bukan hanya di Babel saja, di daerah lain juga, dimana-mana sedang turun drastis,” ungkapnya.
Penurunan harga TBS kelapa sawit ini terjadi, salah satunya karena adanya larangan ekspor. Di mana disampaikan juga oleh Bupati Belitung Timur Burhanudin, bahwa sekarang hasil panen petani sawit saat ini pun dibeli pabrik dibatasi dengan kuota harian, berdasarkan regulasi dari masing-masing perusahaan.
“Karena kuota yang dibatasi inilah, membuat TBS kelapa sawit ini banyak yang busuk, karena tidak semuanya bisa terjual. Juga, harga di sini pun menjadi Rp1.250 per kilogram,” ujar Burhanudin.
Turun drastisnya harga TBS kelapa sawit ini sangat dirasakan oleh semua petani kelapa sawit di Kep. Babel, terutama di Kabupaten Bangka Tengah, yang mana harga TBSnya paling murah di Babel, yakni hanya Rp700 per kilogram.
Jurianto selaku Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Bangka Tengah, mengeluhkan bahwa sebenarnya di tahun 2010 dulu pernah mengalami hal serupa, namun bedanya harga pupuk hingga upah buruh saat itu masih terjangkau, tidak seperti saat ini yang sudah serba mahal. Ini membuatnya resah karena akan membuat petani sangat merugi.
“Besar harapan kami, agar harga TBS kelapa sawit ini kembali ke harga minimal dua ribu rupiah. Karena jika di bawah itu, kami sudah tidak dapat apa-apa lagi, kami panen tapi merugi,” katanya.
Sedangkan tanggapan dan keluhan dari salah satu pihak perusahaan kelapa sawit yang ada di Kep. Babel, yaitu PT Steelindo Wahana Perkasa (SWP), masalah terbesar yang ada saat ini adalah stok yang tidak bisa keluar itu karena kapal. Kemungkinan besar kapal-kapal pengangkut ini sudah di charter oleh negara lainnya, sehingga perlu menunggu slot kosongnya.
Menanggapi seluruh keluhan dan masukan, Pj. Gubernur Ridwan dibantu Sekda Naziarto sudah mencatat dan memilah beberapa usulan untuk disampaikan langsung ke pemerintah pusat, agar dapat ditindaklanjuti segera. (*)