Aksaranewsroom.id – Pada tanggal 3 September 1913 Masehi atau tepatnya 109 tahun lalu, Pangkalpinang ditetapkan sebagai ibukota Keresidenan Bangka menggantikan Kota Mentok, di Bangka Barat.
Proses serah terima pemindahan ibukota Keresidenan Bangka dari Kota Mentok ke Pangkalpinang dilaksanakan di Kota Mentok dan diserahterimakan antara Residen R.J. Boers kepada residen yang baru A.J.N. Engelenberg.
Untuk diketahui, RJ. Boers adalah pejabat residen sementara yang menggantikan Residen Coonen karena telah diangkat dan dilantik menjadi residen di Pulau Sulawesi atau Pulau Celebes.
Dalam catatan Budayawan dan Sejarawan Bangka Belitung, Drs Akhmad Elvian, menyebutkan sebelum menjadi ibukota Keresidenan Bangka, Pangkalpinang merupakan satu Onder Afdelingen dipimpin seorang controlleur atau administratur distrik. Adapun sering disebut masyarakat Pangkalpinang dengan ātuan kongsiā bernama RJ Koppenol.
Dalam melaksanakan tugas pemerintahannya, Controlleur Pangkalpinang dibantu oleh seorang Demang Distrik Pangkalpinang yang pada waktu itu bernama Raden Ahmad.
Tampaknya Pangkalpinang yang awalnya hanya satu āPangkal atau Pengkalā tempat kedudukan demang yang didirikan atas perintah Sultan Susuhunan Ahmad Najamuddin I Adi Kesumo (memerintah Tahun 1757-1776 Masehi).
Baca juga: Potret Bencana Banjir di Pangkalpinang Tahun 1986
Pada tanggal 17 September 1757 atau bertepatan dengan tanggal 3 Muharram 1171 H telah berkembang dengan pesat menjadi salah satu kota ibukota keresidenan yang paling teratur (regelmatig) dari seluruh koloni Belanda di Hindia Belanda.
“Pemindahan ibukota Keresidenan Bangka dari Mentok ke Pangkalpinang karena letak Pangkalpinang yang strategis di tengah pesisir Timur Pulau Bangka,” tulis Dato Akhmad Elvian, kata Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan itu kepada Aksara Newsroom, Sabtu (3/9).
“Dan agar memudahkan rentang kendali pemerintahan dan pertahanan serta keamanan keresidenan Bangka, terutama sejak eksplorasi penambangan Timah lebih dilakukan pada wilayah pesisir Timur Pulau Bangka dan berdirinya distrik distrik utama di pesisir Timur Pulau Bangka,” lanjutnya, menjelaskan.
Pemindahan ini sekaligus memisahkan antara administrasi pemerintahan (bestuur) dengan administrasi dan pengelolaan pertambangan Timah (tinmijn) dengan berdirinya perusahaan BTW (Banka Tin Winning) dan diangkatlah R.J. Boers sebagai kepala BTW berkedudukan di Kota Mentok dengan kantor pusat penambangan di Hoofdbureau Banka Tin Winning anno 1915.
Pangkalpinang menjadi Ibukota Keresidenan Bangka dengan residennya yang pertama A.J.N.Engelenberg (memerintah pada Tahun 1913-1918 Masehi) dan karena beban pekerjaan yang berat membangun ibukota yang baru.
“Maka beliau kemudian mengangkat Raden Ahmad sebagai demang pembantu residen (demang ter beschikking). Sebagai demang pengganti untuk Pangkalpinang, kemudian diangkat Achmad bin Kaliman yang pada waktu itu menjabat sebagai demang di Toboali,” ujar Akhmad Elvian.
Setelah 20 tahun sejak tanggal 3 September 1913 menjadi ibukota Keresidenan Bangka, Dato Akmad Elvian melanjutkan, Kota Pangkalpinang selanjutnya menjadi ibukota Keresidenan Bangka Belitung, karena Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitarnya digabung ke dalam keresidenan Bangka pada masa Residen Starhamer HM yang memerintah pada Tahun 1931-1934 Masehi.
Penggabungan dilakukan atas dasar ordonansi tanggal 2 Desember 1933, Stbl.Nomor 565, terhitung dari tanggal 11 Maret 1933. āResidentie Bangka en Onderhoreghedenā yang menetapkan Pulau Belitung berikut pulau-pulau lain sekitarnya menjadi āOnderafdelingā yang dikepalai Asisten Residen.
Baca Juga: Kerito Surong, Moda Transportasi Tertua di Pulau Bangka, Termasuk Sarana Angkut Timah