AksaraNewsroom.id, PANGKALPINANG –
Provinsi Bangka Belitung memang tidak sebanyak provinsi lain terkait jumlah pemilih. Hanya saja, upaya memperkuat cengkraman dan menanamkan positioning partai politik di masyarakat menjadikan level-level kursi yang di perebutkan pada pilkada 2024 menjadi penting bagi setiap parpol.
Lantas seperti apa PDI-P sebagai partai yang memenangkan Pemilu pada Februari lalu bereaksi pada pilkada kali ini?
Pengamat Politik dari UBB, Ariandi, menguraikan bahwa hal itu tentunya sudah dapat disaksikan oleh khalayak. Apalagi baru-baru ini, PDI Perjuangan telah merekomendasi lima pasangan calon bupati dan wakil bupati untuk Pilkada Serentak 2024 di Provinsi Bangka Belitung.
Lima rekomendasi itu diumumkan untuk
pasangan calon yang diantaranya ialah petahana, tepatnya di lima kabupaten, diantaranya Bangka Selatan, Bangka Barat, Bangka, Bangka Tengah dan Belitung Timur, hanya minus Belitung dan Kota Pangkalpinang.
- Baca Juga: Menanti Arah Golkar, Gerindra, NasDem di Pilwako Pangkalpinang, Penantang Molen atau Gabung Koalisi?
Melihat fenomena itu, Ariandi mengamati
ada beberapa catatan yang bisa dianalisis. Pertama, PDI-P di Bangka Belitung memiiki positioning dan daya tawar kuat. Upaya memperkuat posisi PDI-P di Babel adalah dengan mengamankan pos-pos kekuasaan eksekutif di tingkat kabupaten kota yang memang hampir merata suara PDIP terdistribusi.
Kemenangan pada pemilu serentak Februari 2024, ujarnya, menjadi penting untuk di perkuat pada level eksekutif (kab/kota) sehingga ruang kendali terhadap politik lokal dan daya tawar partai akan semakin meningkat bukan hanya untuk saat ini, namun juga untuk jangka panjang.
Tak hanya, superioritas PDIP menguasai kabupaten/kota. Menurut dia, PDI-P menjadi partai yang cukup superior pada pilkada 2024 di Provinsi Bangka Belitung kali ini, dari nama-nama yang muncul dalam rekomendasi mayoritas merupakan kader partai.
“Tentu ini menjadi hal yang positif mengingat ketika partai memiliki kader di setiap level kontestasi kabupaten/kota akan menguntungkan bagi PDIP dan lebih fleksibel dalam memainkan peran dan bergaining pada tingkat politik lokal di Bangka Belitung,” katanya kepada Aksara Newsroom.
Ia menambahkan, “Meskipun masih minus Belitung dan Pangkalpinang, saya kira Molen masih menjadi nama terdepan di survey Pilkada Kota Pangkalpinang sehingga meskipun dinamika Pilkada di Pangkalpinang masih berjalan namun akan terlalu riskan jika PDIP beralih dari petahana,” ujar Ariandi.
Petahana menjadi kunci bagi PDI-P?
Ariandi meyakini sejumlah petahana masih mendominasi dan menjadi basis yang menguntungkan PDI-P. Ditelisik dari beberapa nama yang muncul dalam rekomendasi diantaranya merupakan petahana, tentu ini akan menjadi amunisi yang positif bagi PDIP.
“Mengingat petahana memiliki beberapa keuntungan dibanding lawan politik, meskipun dalam demokrasi kemenangan tetap ditentukan dari pilihan publik,
Dalam kontestasi, lanjutnya, petahana akan terlihat lebih memahami medan perang karena telah memiliki pengalaman 5 tahun belakangan di daerah tersebut.
Tak kalah menarik, Ariandi melihat juga sebagai investasi menuju Babel 1. Usai dengan memenangkan kabupaten kota di Provinsi Bangka Belitung pada pilkada kali ini, lanjut dia, akan memudahkan dan meningkatkan daya tawar partai pada Pilkada Provinsi 5 tahun mendatang.
Ia melanjutkan, dimana beberapa nama yang jika nantinya mampu menang dan bisa 2 periode tentu akan menjadi salah satu pertimbangan dalam memberikan tiket menuju babel 1 pada 2029,
“Mengingat pada 2024 kali ini dinamika level provinsi PDIP lebih cenderung wait and see, dan tidak akan mudah untuk melawan Erzaldi Rosman sebagai seorang petahana tentu ini akan perlu pertimbangan yang matang bagi partai untuk memutuskan sikap,” kata dia.
PDI-P Kuasai parlemen Provinsi di Babel.
Ariadi menyebutkan, 9 Kursi DPRD Provinsi yang diperoleh oleh PDIP dari 7 kabupaten Kota se-Provinsi Bangka Belitung, yang menandakan kesuksesan PDIP pada pemilu serentak yang lalu.
“PDIP Mampu menarik insentive electoral dari seluruh wilayah di babel dari 6 dapil yang ada PDIP mengumpulkan kursi-kursinya di legislative provinsi,” ujar dia.
Ia kembali melanjutkan, tentu hal ini akan berdampak bagi pilkada. “Mesin-mesin partai akan lebih mudah bekerja mengingat basis basis kekuatan sudah terbentuk pada pemilu serentak yg lalu”.
Ia berujar, meskipun pilkada sejatinya adalah pemilu yang terhubung pada tokoh tidak utuh soal partai semata. “kultur pemilih kita yang lebih mementingkan image seorang aktor dan bagaimana aktor dalam melahirkan strategi politik,” ungkap dia.
Editor : Hendri Jaya Kusuma/dd